0 Shares
Whatsapp

Banten, 8 Mei 2021 – Ketua Umum Badan Peneliti Independen Kekayaan Penyelenggara Negara & Pengawas Anggaran RI, Tubagus Rahmad Sukendar , kembali melakukan safari ramadhan. Kali ini, yang dikunjungi adalah Pesantren Albantani sekaligus juga Padepokan Perguruan Seni Budaya Paguron Jalak Banten atau lebih dikenal PJBN , di Pandeglang Banten , Sabtu (8/5/2021). Kehadiran Tb Rahmad Sukendar disambut langsung Pengasuh Pesantren Al Bantani Pandeglang yang sekaligus juga menjabat Ketua Umum Paguron Jalak Banten Nusantara ,Abah Kyai Haji Tubagus Sangadiah .

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum BPI KPNPA RI menyampaikan kepada wartawan bahwa kehadiran dari dirinya berkunjung ke Pondok Pesantren di banten sudah sering dilakukan dan selama bulan ramadhan ini ada beberapa pesantren yang telah di kunjungi dan salah satu nya pada hari ini berkunjung ke Pesantren Al Bantani di Pandeglang Banten dikesempatan ini diri nya mengatakan pesantren memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan Indonesia khususnya di Albantani dan PJBN yang memiliki jaringan perwakilan santri serta anggota tersebar di 30 propinsi.

“Kalau saya ditanya, apa peran pondok pesantren dalam kemajuan Indonesia? Saya akan jawab dengan tiga kata saja, yaitu sangat banyak sekali!” tutur Tb Rahmad tegas.

Menurutnya, pesantren adalah institusi masyarakat madani yang mandiri. Bahkan, pesantren menjadi problem solver bagi masyarakat.

“Hal ini sudah berlangsung sejak lama. Dahulu, masyarakat akan datang ke pesantren kalau ada yang sakit. Mereka minta doa ke kiai. Masyarakat yang tidak punya beras pun datang ke pesantren. Ada yang punya masalah, minta nasihat kiai, dan seterusnya,” ulasnya.

Lebih jauh lagi, Tb Rahmad Sukendar mengatakan ulama dan kiai pengasuh pesantren pun memilik catatan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

“Ulama dan kiai se-nusantara turut memberikan pendapat dan masukan kepada Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang kemudian menjadi PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Termasuk sikap legowo para ulama dan kiai, yang demi keberagaman, setuju mengganti dan menghapus anak kalimat ‘Piagam Jakarta’ yang menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diganti dengan kalimat Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,” jelasnya.

Puncak dari perjuangan di masa itu adalah lahirnya Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi itu dikeluarkan 22 Oktober 1945 oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari di Surabaya.

Ketua BPI KPNPA RI yang pada kesempatan ini juga telah dikukuhkan menjadi Ketua Garda Inti Paguron Jalak Banten Nusantara – PJBN sangat yakin Pesantren Albantani dan Abah Tubagus Sangadiah memiliki peran yang tidak kecil dalam mengisi kemerdekaan dengan penampilan melalui wadah budaya tradisional nusantara antara lain seni silat dan permainan ketangkasan debus yang mana tujuan nya adalah untuk membangkitkan jiwa nasionalisme dan patriotisme kepada para generasi muda di indonesia melalui wadah budaya warisan nenek moyang dan ulama kharismatik banten di Paguron Jalak Banten Nusantara – PJBN

Apalagi, pesantren dan juga sekaligus sebagai Pondok Komando Paguron Jalak Banten Nusantara ini sudah memiliki perwakilan di 30 propinsi dengan keanggotaan hampir 5 juta Anggota dan selama ini telah banyak berperan aktif berkiprah membantu kinerja TNI dan Polri , Pemerintah Daerah dalam mengamankan jalan nya roda pembangunan serta menjaga situasi kantibmas yang kondusif di wilayah banten dan propinsi lainnya dan PJBN telah cukup lama keberadaan bernaung di Ponpes Albantani propinsi Banten . Pesantren yang sudah berdiri sebelum Propinsi Banten ini berdiri dahulu dikenal masuk wilayah Jawa Barat , telah banyak di datangi petinggi negara mulai dari Pejabat Negara , pejabat TNI dan Polri serta para ustad, da’i,kyai dan tokoh masyarakat maupun tokoh agama dari semua lintas agama untuk silaturahmi dan meminta pendapat serta nasehat terkait kondisi bangsa dalam merawat bingkai kebhinekatunggal ika dan budaya nusantara

“Yang saya dengar, sebelum adanya terbentuk propinsi banten, pesantren ini telah memiliki santri puluhan ribu orang dan juga anggota Pendekar Paquron Jalak Banten Nusantara berdasarkan yang disampaikan oleh Abah Tubagus Sangadiah data di KTA ada tercatat sekitar 3 juta anggota dan ada tersebar di 30 propinsi Nusantara sungguh Luar biasa. Artinya, pesantren Albantani dan Paguron Jalak Banten Nusantara dibawah komando Abah Tubagus Sangadiah memiliki anggota sampai jutaan dan sangat militansi tentu nya pasti memiliki kontribusi dan terlibat dalam proses mengisi kemerdekaan Indonesia,” dengan berkarya dan menjaga kedaulatan NKRI katanya.

Di era modern, Tb Rahmad menilai peran pesantren tetap besar. Alasannya, pesantren tetap menjadi prototype institusi masyarakat madani.

“Pesantren hidup mandiri dan masih menjadi solusi bagi masyarakat sekitarnya. Baik solusi pendidikan, maupun solusi untuk menjaga kearifan lokal dalam pembangunan. Dan kalau kita bedah dari analisa ideologi, ekonomi, sosial dan budaya, pesantren masih menjadi institusi yang paling konkret memberikan sumbangsih,” terangnya.

Tb Rahmad Sukendar mengurai lebih lanjut hal tersebut. Menurutnya, dari sisi ideologi, Pancasila jelas menempatkan Ketuhananan Yang Maha Esa di sila pertama, dan di Pasal 29 ayat 1. Dan ini menjadi domain utama Pesantren sebagai penjaga akhlak dan adab atau moral generasi bangsa ini.

Dari sisi ekonomi, selain sebagai institusi mandiri, pesantren saat ini sudah memasuki ruang ekonomi melalui koperasi pesantren dan usaha-usaha di sektor pertanian, peternakan dan lainnya.

“Apalagi jika pesantren memanfaatkan peluang pasar produk halal yang sekarang sedang digalakkan pemerintah dan sejumlah negara. Sehingga pasarnya bisa menembus manca negara, khususnya negara-negara yang membutuhkan produk halal,” katanya.

Tb Rahmad menilai hal ini bisa dikolaborasikan dengan Yayasan Badan Peneliti Independen ( YBPI Foundation ) yang memiliki unit UMKM dan Wira Usaha . Tetapi tentu membutuhkan dukungan dan keberpihakan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

“Di sini, kami dari BPI KPNPA RI akan berjuang untuk dapat bisa mendorong kementerian dan lembaga terkait untuk lebih aktif melakukan pendampingan dan pembinaan pengembangan sektor usaha di Pesantren,” katanya.

Dari sisi sosial, Pesantren tentu sangat
terbukti sebagai penjaga nilai-nilai kearifan lokal dan moral. Di tengah gencarnya arus globalisasi dan gaya hidup baru, pesantren masih berperan sebagai penyeimbang, sekaligus penjaga moral generasi penerus.

Dan dari sisi budaya, pesantren masih menjadi garda terdepan lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.

“Ini semua bukan peran kecil. Tapi peran besar dan fundamental. Belum lagi nilai-nilai budi luhur yang diajarkan di pesantren akan menjadi bekal kehidupan bagi para santri yang telah selesai menempa pendidikan di pesantren,” katanya.(Supriyanto)