0 Shares

Jakarta, www.bpikpnpari.id – Ketua Umum BPI KPNPA RI mengutuk keras penikaman oleh teroris terhadap anggota Polri di masjid setelah selesai sholat Isha. “Dalam Islam itu tidak ada mengajarkan kekerasan, namun justru senantiasa mengajarkan kesejukan dan kedamaian untuk semua umat muslim, baik dalam beribadah maupun dalam prilaku sehari-hari. Jadi sungguh biadab sekali perbuatan pengecut itu,” geram Rahmad.

Personel kepolisian membawa jenazah anggota Satuan Shabara Polda Metro Jaya Briptu (anumerta) Imam Gilang Adinata ketika upacara pelepasan di Menteng Dalam, Jakarta, Kamis (25/5). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/17.

Kesucian di hari Fitri yang indah ini ternodai lagi akibat ulah jamaah yang sudah diracuni dengan ajaran sesat dari kelompok-kelompok Islam radikal yang sekarang menyasar kepada aparat Kepolisian.

Sekarang ini banyak sekali aliran-aliran yang dibawa oleh kelompok tertentu yang sudah mulai merusak tatanan moral bagi beberapa gelintir masyarakat, sehingga dengan sangat mudahnya menuduh orang itu thogut atau kafir, sedangkan kategori kafir atau thogut itu sendiri tidak jelas sasarannya, untuk dan kepada siapa.

Jadi sudah mulai banyak penyakit yang ditularkan oleh kelompok Islam garis keras dan yang menjadi korban adalah sesama muslim yang tidak berdosa karena adanya pemaham yang keliru. Demikian disampaikan Drs. TB. Rahmad Sukendar, SH. MH, Ketua Umum BPI KPNPA RI, di Jakarta, Senin (1/7/2017).

Kami himbau kepada Pemerintah dan khususnya seluruh elemen masyarakat dan tokoh Agama, agar memberikan pencerahan kepada umat bahwa Islam itu adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin. Islam tidak mengajarkan kekerasan, membenci ataupun merusak dari pada hak dan kelompok umat lainnya, imbuhnya.

Menurut Rahmad, dalam hal ini sangat diharapkannya peran aktif dari Binmas Polda sampai ke tingkat Polsek untuk lebih intens dan sering turun kemasyarakat untuk memberikan pencerahan dan pemahaman khususnya mengenai doktrin yang masuk dari kelompok Islam garis keras. Pererat dan sinergikan antara aparat dan masyarakat, dengan saling silaturahmi misalnya. Selain itu, berikan masukan mengenai penangkalan anti radikalisme dan anti Pancasila, serta menjunjung tinggi Kebhinekaan bahwa Pancasila itu adalah hadiah dari Umat Islam untuk Indonesia, bebernya.

Maka itu kita, terkait Polri yang menjadi target utama teroris sejak 2010, apalagi dengan gugurnya anggota Satuan Shabara Polda Metro Jaya Briptu (anumerta) Imam Gilang Adinata, salah satu dari tiga petugas Kepolisian korban ledakan bom di Terminal Kampung Melayu pada (24/5), cukup membuat kami prihatin dan tentunya dari seluruh masyarakat Indonesia pun ikut berbela sungkawa, ucap Rahmad.

Senada diungkapkan Ridwan Habibi, peneliti terorisme dari Universitas Indonesia menilai, bahwa motif teror terhadap polisi berlatar aksi balas dendam.

“Karena polisi paling banyak menangkap, memenjarakan, membunuh teman-teman (teroris). Sehingga kemudian mereka melakukan semacam balas dendam,” katanya, 25 Mei lalu. Ditambah lagi, kata Ridwan, adanya fatwa dari juru bicara ISIS, Abu Muhammad al-Adnani yang menyerukan serangan kepada kaum thoghut, yang mereka definisikan sebagai Polisi, ucapnya, tirto.id

Diakhir obrolan Rahmad menegaskan,” tiada kata yang lebih patut diucapkan, “Kita sikat terorisme sampai ke akar-akarnya dan jihad terhadap terorisme !!!